Pulang dengan aman (2)

*Baca tulisan sebelumnya tentang Pulang dengan aman (1)

wpid-IMG-20121012-WA0000.jpgKakak ipar kecelakaan seminggu lalu. Motor yang dinaikinya menabrak motor lain.

Sabtu itu selepas sahur ia bersiap dan berangkat sekitar pukul 05.30 dan kami di rumah beraktivitas seperti biasa. Sekitar pukul 06 ada telepon ke rumah. Kakak ipar yang menelepon dan meminta disambungkan ke kakak saya dengan suara yang terburu-buru.

Continue reading “Pulang dengan aman (2)”

Transportasi publik saat hamil: sebuah terima kasih

“Kamu lagi hamil gini naik apa ke kantor?” Tanya salah satu kawan waktu kami bertemu.

“Kopaja.” Jawab saya singkat.

“Haah?! Metal banget!” Sahutnya lagi.

Metal? Metal apa mental? Masa sih? (Btw, ucapkan “metal” seperti saat mengucapkan “melon”, dan “mental” seperti saat mengucapkan “permen”).

Saya pikir lebih metal para pekerja yang naik kereta. Soalnya di awal hamil saya sempat naik kereta di jam arus kerja dan hasilnya dahsyat. Penampilan dan tubuh kecil yang tidak terlihat seperti sedang hamil membuat dorong mendorong di gerbong tetap terjadi. Dan saya tetap nggak berani teriak; “BRO, PERUT KEJEMPET BROOO!”

image

Continue reading “Transportasi publik saat hamil: sebuah terima kasih”

Pulang dengan aman

wpid-2014-03-28-08.13.36.jpgSebagai orang yang pernah mengalami setidaknya dua kali kecelakaan, saya semakin menyadari betul pentingnya keselamatan dan keamanan di jalan raya. Pulang dengan aman dan selamat sampai di rumah rasanya adalah berkah luar biasa. Bertemu dengan keluarga kembali, berkumpul lagi di rumah bersama ibu, ayah, kakak, keponakan, dan suami.

I wanna go home safely..

Maret 2004

Hari itu adalah hari Jumat. Saya masih berada di kelas 2 SMA. Seperti biasa, khusus di hari Jumat saya mengenakan rok dan pakaian seragam lengan panjang. Hitung-hitung latihan mengenakan jilbab, pikir saya saat itu. Hari Jumat itu seolah sama seperti biasanya. Saya pulang dari sekolah menaiki angkutan umum bersama Rima. Selain kami di dalam angkot hanya ada satu penumpang lagi.

Continue reading “Pulang dengan aman”

Museum di Tengah Kebun

Keberadaan museum penting untuk masyarakat sebagai sarana belajar dan rekreasi. Sayangnya, museum-museum di Indonesia masih ditampilkan secara biasa, banyak di antaranya yang malah dipandang kuno, membosankan, sehingga kalah bersaing dengan tempat lain sebagai tujuan utama masyarakat saat berada di daerah tertentu. Namun saat ini museum sudah mulai membenahi diri dan menarik minat untuk dikunjungi. Beberapa pengelola museum mulai berbenah, mengadakan kegiatan dan memancing pengunjung untuk datang. Tampilan yang memukau namun tak kehilangan identitas sejarah serta penyampaian materi yang menarik dari pemandu menjadi faktor utama yang harus diperhatikan oleh pengelola museum.

wpid-img_20140420_144335.jpgSaya pernah menjabarkan sedikit mengenai museum-museum yang ada di Jakarta Utara pada tulisan sebelumnya di sini. Ternyata tak hanya daerah Jakarta Utara yang memiliki museum yang seru. Di area yang tergolong di tengah kota seperti Jakarta Selatan juga terdapat sebuah museum yang dibuka untuk umum dan GRATIS. Namanya Museum di Tengah Kebun. Jika museum pada umumnya milik pemerintah, maka Museum Tengah Kebun sesungguhnya adalah rumah pribadi yang sampai sekarang masih ditinggali. Museum ini terletak di Jl. Kemang Timur No. 66, Jakarta Selatan.

Continue reading “Museum di Tengah Kebun”

Aksesibilitas tanpa batas

Oktober 2011

Saya berdiri mematung di depan anak tangga, mengapit kruk di kedua lengan, sementara ibu di sebelah kiri memegangi tangan saya dengan raut khawatir. Ajakan ibu, untuk kembali ke ruang tunggu rumah sakit, saya abaikan karena memang masih ada tanggungan yang harus dibayar sehingga saya harus bergerak sampai akhirnya tiba di depan ATM ini.

Saya pikir masalah ATM ini hal yang juga bisa saya lewati, karena saat kecelakaan pertama sekitar 8 tahun lalu, dengan kruk saya bisa menaiki anak tangga di sekolah sampai lantai 2. Meski bisa saya lewati tapi tetap saja bukan perkara mudah karena harus menaiki anak tangga dengan perlahan sambil berpegangan pada railing, dibantu oleh teman-teman satu kelas (bahkan ada di antara mereka yang menawarkan untuk menggendong saya saja).

Begitu sampai di depan ATM, saya menatap undakan dengan jumlah “hanya” tiga anak tangga itu. Rasanya seperti sedang berada di depan anak tangga untuk menuju ke lantai 20 karena tak ada railing sama sekali untuk berpegangan. ATM ini pun tak punya bidang miring khusus untuk kursi roda, sehingga saya juga tak bisa meminjam kursi roda untuk bisa sampai ke ruang ATM. Continue reading “Aksesibilitas tanpa batas”

Transportasi publik: Jakarta oh Jakarta

wpid-DSC_3134.JPGJakarta. Ada yang bilang roda penggerak ekonomi berpusat di ibukota negeri ini. Ada yang bilang pusat pembangunan pun ada di sini.

Saya bukan ahli tata ruang kota, bukan pula ahli ruang terbuka hijau, hanya warga yang sehari-harinya melewati waktu di sudut-sudut kotanya sejak meluncur ke luar dari rahim sang ibu sampai saat ini.

Maka berdasarkan pengalaman selama tinggal di kota ini, benarkah semua kemewahan itu ada di Jakarta?

Tapi yang jelas, keruwetan juga toh ada di sini. Continue reading “Transportasi publik: Jakarta oh Jakarta”

Blog at WordPress.com.

Up ↑